Apa Itu Penyakit Rabies ?
Penyakit Rabies merupakan penyakit tingkat akut yang disebabkan oleh virus rabies yang dapat mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang dari semua mamalia, termasuk anjing, kucing, dan manusia. Virus Rabies ini ditularkan melalui gigitan hewan misalnya anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Penyakit Rabies ini disebut dengan penyakit anjing gila. Setiap tahun, rabies menyebabkan kematian sebanyak 50,000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia. Setelah gejala-gejala muncul, penyakit ini akan berakhir dengan fatal. Apabila sebuah kelompok masyarakat terkena penyakit ini, maka perbandingannya bisa mencapai 5 : 1.
Bagaimana Sejarah Penyakit Rabies ?
Kata rabies berasal dari bahasa sansekerta kuno rabhas yang diartikan sebagai melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam Bahasa Yunani, rabies diseut juga Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam Bahasa Jerman, rabies disebut juga dengan tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya marah. Dalam Bahasa Prancis, Rabies disebut juga Rege yang berasal dari kata benda robare yang artinya menjadi gila.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah peradaban manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas yang ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4.000 tahun lalu, serta pada Kode Babilonia Eshunna yang di tulis pada tahun 2.300 SM. Pada tahun 500 SM, Democritus juga menuliskan gejala penyakit yang menyerupai rabies. Dan pada tahun 400 SM, Aristotles menulis tentang Natural History of Animals edisi 8, bab 22, dan dia menyebutkan bahwa, "...Anjing itu menjadi gila. Hal ini menyebabkan mereka menjadi agresif dan semua binatang yang digigitnya juga mengalami sakit yang sama."
Hippocrates, Xenophon, Plutarch, Epimarcus, Virgil, Horace, dan Ovid adalah orang yang pernah menyinggung karakteristik penyakit rabies dalam tulisannya. Pada tahun 100 Masehi, Seorang dokter di zaman Romawi yang bernama Celcius, mengasosiasikan hidrofobia (ketakutan terhadap air) dengan gigitan anjing.Cardanus seorang penulis zaman romawi menjelaskan sifat infeksi yang ada di air liur anjing yang terkena rabies.
Penyebab Penyakit Rabies
Rabies disebabkan oleh Agent Virus Rabies yang termasuk dalam family Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Karakteristik utama family Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan (Host) yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada letak geografis. Di Amerika utara, Hewan-hewan yang kemungkinan besar menjadi perantara virus rabies ini adalah rakun dan sigung, di Eropa adalah rubah merah, dan di Afrika, Asia, dan Amerika Latin adalah anjing. Di bagian Afrika, Asia, dan Amerika latin memiliki tingkat penyakit rabies yang paling tinggi . Hewan perantara ini menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Selain melalui gigitan, infeksi ini juga dapat terjadi melalui jilatan hewan yang terinfeksi pada kulit yang terluka. setelah infeksi itu terjadi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non-saraf. Misalnya awalnya masuk ke kelenjar air liur dan kemudian masuk ke dalam air liur.
Data Kasus Rabies
DUNIA
- Penyakit rabies terjadi lebih dari 150 negara dan wilayah
- 40% dari irang yang digigit oleh hewan gila adalah anak dibawah 15 tahun
- 99% host virus rabies adalah anjing.
- lebih dari 55.000 orang meninggal dunia akibat penyakit rabies
INDONESIA
Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit virus rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak mengherankan apabila kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai 100%.
Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias, Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies.
Bagaimana Anjing Bisa Terkena Rabies?
Hewan yang terinfeksi rabies memiliki banyak virus pada air liur mereka, karena itu penyakit ini paling besar ditularkan ke anjing melalui gigitan dari hewan yang terinfeksi. Risiko tertinggi jika anjing anda menghadapi hewan liar. Hewan pembawa virus yang paling umum adalah kelelawar, rakun, sigung dan rubah. Jika ada kucing di dalam rumah anda, sangatlah penting untuk memastikan mereka di vaksin dan tetap berada di dalam rumah.
Meskipun sangat jarang terjadi, dapat ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengonfirmasi hal ini setelah mereka terpapar udara yang mengandung virus rabies.
Bagaimana gejala-gejala yang muncul jika terkena rabies?
Gejala rabies pada binatang bisa dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Fase Prodromal
Selama fase awal yang berlangsung selama beberapa hari, penyakit ini menghasilkan perubahan yang tidak terlalu terlihat, yaitu:
- Hilang nafsu makan
- Lesu
- Demam kadang muncul kadang hilang
- Mudah marah atau keinginan untuk sendiri
- Fase “Mad Dog”
Fase ini biasa berlangsung kurang dari seminggu, ini adalah yang paling menakutkan karena biasanya gejala kekerasan paling sering terjadi pada fase ini, meskipun perlu dicatat bahwa tidak semua hewan yang terinfeksi rabies melalui fase ini. Beberapa orang dan hewan melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3, yaitu Paralytic.
Gejala yang muncul pada fase ini adalah :
- Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang tidak teratur atau kejang
- Perilaku agresif terhadap benda atau makhluk lain
- Gelisah dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain
- Kurangnya rasa takut
- Kebingungan dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat yang seharusnya dia tau.
- Fase Paralytic
Dalam tahap akhir dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan anjing yang terinfeksi rabies memperlihatkan gejala-gejala berikut ini:
- Mulut berbusa : Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan mau makan dan minum sama sekali pada tahap ini.
- Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya kelumpuhan.
- Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.
- Mulut berbusa : Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan mau makan dan minum sama sekali pada tahap ini.
- Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya kelumpuhan.
- Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar